HIMATEK JAYA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Selamat datang di blog Himatek ini Semoga isi yang ada di dalamnya dapat berguna..

Link di bawah ini akan memuat tentang Sapa saja sih mahasiswa Teknik Kimia Usu ini
http://humashimatek.blogspot.com/

Selasa, 21 Desember 2010

UNSUR KIMIA TERBARU DALAM SISTEM PERIODIK UNSUR

Sebuah unsur kimia terbaru, dengan nomor atom 112, akan segera menempati tabel periodik unsur. Bagi kita yang masih memiliki edisi terakhir tabel periodik mesti bersiap-siap untuk segera menggantinya dengan yang baru.








 

Unsur baru tersebut beratnya hampir 277 kali lipat berat atom hidrogen. Unsur tersebut merupakan unsur terberat yang ada dalam tabel periodik.

Unsur baru ini bersifat masif dan tidak stabil, dan hanya beberapa detik saja dapat bertahan, sebelum berubah karena mengalami peluruhan radioaktif.

Ditemukan 10 tahun yang lalu oleh tim peneliti dari Jerman GSI Helmholtz Center for Heavy Ion Research, dengan cara pembakaran atom Zinc (Zn) pada atom Timbal (Pb) dengan bantuan particle accelerator. Inti kedua atom bergabung, lalu dalam beberapa saat terjadi peluruhan. Para peneliti tersebut lalu menghitung ukuran atom, dengan cara mengukur energi yang dikeluarkan pada saat perluruhan partikel.

Tim peneliti tersebut saat ini sedang menyiapkan nama untuk unsur tersebut. Untuk sementara, unsur tersebut diberi nama Ununbium, yang diambil dari bahasa Latin yang berarti “satu satu dua”.

Penemuan unsur baru tersebut sangat membantu para peneliti dalam memahami pemanfaatan energi nuklir dengan lebih baik, termasuk pengelolaan limbah radioaktif dan juga senjata nuklir.

Tim yang sama adalah juga yang menemukan unsur kimia denga nomor atom 107 sampai dengan 111. 



Kalau gambar kurang jelas bisa di download di:

http://www.merck-chemicals.co.id/showBrochure;sid=2YeVLoMZg-qXLs4JfdCAeSvZCoQQMUsNHqirCSzY_Ld435MF2l5oFqoe-HOMah_XYWmwHm7oCoQQMVAaXJhoFqoe?id=16442




(sumber: cbc news)

Minggu, 05 Desember 2010

Teknologi Membran dan Pemanfaatannya dalam Industri Migas

“Teknologi membran” merupakan istilah generik untuk berbagai jenis proses pemisahan yang menggunakan membran sebagai medium pemisah. Teknologi membran telah menjadi teknologi pemisahan yang unggul selama beberapa dekade terakhir ini. Kekuatan utama teknologi membran adalah fakta bahwa teknologi tersebut bekerja tanpa penambahan bahan kimia, penggunaan energi yang relatif rendah, serta kemudahan pengaturan dan pelaksanaan proses. Karena keunggulan itulah, maka proses pemisahan menggunakan membran menjadi lebih kompetitif dibandingkan proses konvensional.

Penelitian membran untuk proses osmosis sudah diteliti sejak tahun 1748, dan secara komersial sudah dimanufaktur oleh Sartorius di Jerman sejak akhir Perang Dunia I, walaupun baru digunakan untuk keperluan laboratorium. Saat ini, membran sudah diaplikasikan untuk proses mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi (NF), reverse osmosis (RO), elektrodialisis, pemisahan gas, pervaporation, membrane distillation, serta membrane contactor, dan digunakan pada proses berikut :
- Pengolahan air limbah
- Pengolahan air proses
- Hemodialisis/cuci darah
- Pembuatan bir

Prinsip Proses Pemisahan dengan Membran
Secara sederhana, membran dapat didefinisikan sebagai penghalang tipis (semi-permeable) yang selektif antara dua fasa fluida yang berbeda. Membran dapat terbuat dari bahan organik (cellulose acetate, polysulphone, polyamide) atau anorganik (alumina, zirconia, titania, keramik). Membran anorganik umumnya lebih kuat dan tahan terhadap suhu tinggi serta serangan biologis (bakteri atau mikroorganisme lain) yang dapat merusak membran.
Umpan pada teknologi pemisahan dengan membran dipisahkan menjadi retentat (aliran yang lebih pekat/concentrate) dan permeat (lihat Gambar 1). Apabila yang diinginkan adalah konsentrasi larutan yang lebih pekat, maka yang menjadi produk adalah aliran retentat. Namun jika yang diinginkan adalah pemurnian aliran, maka baik retentat maupun permeat dapat dianggap sebagai aliran produk, bergantung pada senyawa apa yang ingin disingkirkan.

Prinsip proses pemisahan dengan membran adalah pemanfaatan sifat membran, di mana dalam kondisi yang identik, jenis molekul tertentu akan berpindah dari satu fasa fluida ke fasa lainnya di sisi lain membran dalam kecepatan yang berbeda-beda, sehingga membran bertindak sebagai filter yang sangat spesifik, di mana satu jenis molekul akan mengalir melalui membran, sedangkan jenis molekul yang berbeda akan “tertangkap” oleh membrane (lihat Gambar 2). Driving force yang memungkinkan molekul untuk menembus membran antara lain adanya perbedaan suhu, tekanan atau konsentrasi fluida. Driving force ini dapat dipicu antara lain dengan penerapan tekanan tinggi, atau pemberian tegangan listrik.
Terdapat dua faktor yang menentukan efektivitas proses filtrasi dengan membran : faktor selektivitas dan faktor produktivitas. Selektivitas adalah keberhasilan pemisahan komponen, dinyatakan dalam parameter Retention (untuk sistem larutan), atau faktor pemisahan [alpha](untuk sistem senyawa organic cair atau campuran gas). Produktivitas didefinisikan sebagai volume/massa yang mengalir melalui membran per satuan luas membran dan waktu, dan dinyatakan dalam parameter flux, dan. Nilai selektivitas dan produktivitas sangat bergantung pada jenis membran.

Keunggulan dan Kelemahan Teknologi Membran
Jika dibandingkan dengan teknologi pemisahan lainnya, keunggulan dari teknologi membran antara lain adalah :
- Proses pemisahan dapat dilaksanakan secara berkesinambungan (continuous)
- Konsumsi energi umumnya rendah
- Dapat dengan mudah dipadukan dengan teknologi pemisahan lainnya (hybrid)
- Umumnya dioperasikan dalam kondisi sedang (bukan pada tekanan dan temperatur tinggi) dan sifat membran mudah untuk dimodifikasi
- Mudah untuk melakukan up-scaling
- Tidak memerlukan aditif

Namun demikian, dalam pengoperasiannya, perlu juga diperhatikan hal-hal berikut :
- Penyumbatan/fouling
- Umur membran yang singkat
- Selektivitas yang rendah

Fouling atau penyumbatan merupakan masalah yang sangat umum terjadi, yang terjadi akibat kontaminan yang menumpuk di dalam dan permukaan pori membran dalam waktu tertentu. Fouling tidak dapat dielakkan, walaupun membran sudah melalui proses pre-treatment. Jenis fouling yang terjadi sangat bergantung pada berbagai faktor, termasuk diantaranya kualitas umpan, jenis membran, bahan membran, dan perancangan serta pengendalian proses.

Tiga jenis fouling yang sering terjadi pada membran adalah fouling akibat partikel, biofouling, dan scaling. Kontaminasi ini menyebabkan perlunya beban kerja lebih tinggi, untuk menjamin kapasitas membran yang berkesinambungan. Pada titik tertentu, beban kerja yang diterapkan akan menjadi terlalu tinggi, sehingga proses tidak lagi ekonomis. Fouling dapat diminimalisasi dengan cara menaikkan pH sistem, menerapkan sistem backwash, serta penggunaan zat disinfectant untuk mencegah bakteri yang dapat menyerang membran. Sedangkan cara untuk menyingkirkan fouling adalah dengan flushing atau chemical cleaning.

Penerapan di Industri Migas : Pemisahan Gas dan Recovery Komponen LPG Menggunakan Membran
Kilang memproduksi gas bertekanan rendah yang mengandung hidrokarbon ringan dan gas-gas lainnya. Gas ini umumnya digunakan sebagai bahan bakar kilang atau hanya dibakar pada flare. Secara tradisional, recovery komponen LPG dilakukan dengan proses absorpsi dan cryogenic, namun teknologi ini menggunakan peralatan bergerak dan penambahan bahan kimia, sehingga membutuhkan investasi yang besar dan biaya operasi tinggi. Teknologi membran menjadi alternatif yang sederhana dan efisien untuk me-recover komponen LPG dari gas kilang tersebut. Dengan menerapkan teknologi pemisahan gas menggunakan membran, komponen hidrokarbon ringan (C3+) dapat diambil kembali menjadi komponen LPG, sehingga memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan jika komponen tersebut dijadikan bahan bakar kilang. Jika diinginkan, retentat keluaran membran pemisahan komponen LPG tersebut dapat diproses lebih lanjut untuk me-recover gas-gas lain yang dapat dimanfaatkan kembali.

Salah satu perusahaan yang mengembangkan sistem membran untuk teknologi pemisahan gas di industri migas adalah Membrane Technology and Research, Inc. (MTR) di California, Amerika Serikat. Produk membrane mereka, VaporSep, telah digunakan sejak tahun 1996 di berbagai industri petrokimia, gas alam, dan kilang minyak bumi, dan telah diterapkan untuk berbagai lisensor proses. Salah satu sistem yang dikembangkan oleh MTR antara lain adalah untuk recovery komponen LPG dan hidrogen dari gas kilang, dengan memadukan dua jenis membran yang berbeda.

Diagram alir pada Gambar 3 menunjukkan bagaimana dua jenis membran yang berbeda dapat dipadukan untuk me-recover LPG dan hidrogen dari gas bahan bakar. Membran pertama berfungsi untuk menghasilkan permeat hidrogen murni dari gas kilang. Retentat dari permisahan ini kemudian dialirkan ke membran kedua yang menghasilkan permeat komponen LPG. Komponen LPG kemudian dikompresi, dan LPG diambil dalam bentuk cairan pada kondensor.

Keunggulan dari proses ini :
- dapat me-recover 60-90% komponen LPG dari umpan, dan dapat dikendalikan lebih mudah karena LPG yang dihasilkan berbentuk cairan
- mengurangi jumlah gas yang dikirim ke flare sehingga memperbaiki efisiensi penggunaan bahan bakar kilang
- recovery hidrogen yang dimurnikan dapat menjadi benefit tambahan
- beroperasi pada tekanan dan suhu sedang
- instalasi dan pengoperasian secara sederhana, tidak membutuhkan bahan kimia tambahan, sehingga praktis tidak menghasilkan limbah

Sesuai dengan peruntukannya, proses ini dapat diaplikasikan pada pada unit-unit berikut :
- gas kilang/flare
- gas keluaran catalytic reformer
- gas puncak FCC
- gas keluaran unit aromatik
- gas umpan unit steam methane reformer


Dimuat di : Warta Pertamina No. 9/XLV, September 2010

Minggu, 21 November 2010

Empat Batu Bata

Saat liburan panjang sekolah, seorang mahasiswa pulang ke kampung halamannya. Di sana, tengah dimulai pembangunan tempat ibadah, dan tentunya, sangat diperlukan tenaga sukarela untuk membantu.

Si pemuda itu pun dengan senang hati ikut ambil bagian kegiatan tersebut. Dengan bersemangat, ia mulai belajar mengaduk semen, meletakkan bata, melapisi dengan semen, kemudian menaruh bata, menyemen lagi, merapikan, demikian seterusnya. Dengan semangat menggebu, akhirnya, setengah tembok berhasil diselesaikan. Lalu dengan perasaan puas, walaupun sedikit lelah, dia berdiri mengagumi tembok hasil kerja pertamanya.

Tiba-tiba, dia melihat sesuatu yang janggal. Ada empat batu bata pertama yang tersusun tidak rapi! Keempat batu bata itu tampak lebih menonjol dan miring di antara batu bata lainnya yang tersusun rapi. Timbul perasaan kecewa dan tidak puas atas hasil kerjanya. Bergegas, ditemuinya sang pemuka agama untuk mendiskusikan masalah yang mengganggu pikirannya.

"Lihat Pak, batu bata pertama yang saya pasang kurang rapi sehingga mengganggu keindahan seluruh tembok di atasnya. Tolong Pak, beri kesempatan kepada saya untuk memperbaikinya dengan merobohkan dan memasang ulang batu-batu bata itu. Saya berjanji pasti akan mengerjakan sebaik-baiknya sampai selesai."

Namun, usulannya itu ditolak. "Tidak ada yang perlu diperbaiki, Nak. Tembok sudah naik setengah, tidak perlu dirobohkan hanya gara-gara empat bata yang kurang rapi. Teruskan saja pekerjaanmu hingga selesai," ujar si pemuka agama.
 

Akhirnya, meski merasa kecewa dan tidak puas, si pemuda mampu menyelesaikan keseluruhan tembok tersebut. Namun, setiap kali melewati batu bata yang kurang sempurna itu, selalu timbul rasa tidak puas dan bersalah yang mengusiknya. Ia secepatnya berlalu, pura-pura tidak melihat, bahkan sengaja berjalan memutar untuk menghindari pemandangan bata miring tersebut. Sebab, setiap kali melewatinya, ia merasa diingatkan pada kesalahan yang telah diperbuatnya. Ia menganggap, kesalahan itu akan dilihat banyak orang yang lewat di sana.

Sampai suatu hari, ada kunjungan seorang pemimpin dari ibukota. Si anak muda mendapat tugas mendampingi mereka berkeliling di tempat itu. Tiba-tiba sang pemimpin menghentikan langkah menatap tembok di sana dan berkata, "Wah, dinding ini indah sekali."

Dengan terkejut, si pemuda lantas bertanya, "Apanya yang indah, Pak? Apakah Bapak tidak melihat empat batu bata yang miring dan mengganggu kesempurnaan seluruh tembok ini?"

"Oh ya, saya melihat empat batu bata itu, tetapi saya juga melihat ratusan batu bata lainnya yang bagus! Karena ketidaksempurnaan seperti katamu itu anak muda, membuat dinding ini justru tampak indah untuk dinikmati, bukan sekadar dinding kosong yang rata."

Sejenak si anak muda terpana. Untuk pertama kalinya, sejak tembok itu berdiri, pemuda itu melihat tembok yang sama, dengan kesadaran yang berbeda. Sebelumnya, matanya selalu memperhatikan kesalahan yang telah dilakukan hingga ia selalu ingin menghancurkan seluruh dinding. Dia tidak menyadari tumpukan batu bata yang bagus dan sempurna yang jauh lebih banyak jumlahnya. Kebaikan yang banyak dari hasil kerjanya itu, seolah tertutupi kesalahan kecil yang ia lakukan sebelumnya.

 

Sahabat semua..

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Sebab, kita semua hidup dengan aneka keterbatasan. Setiap manusia, Anda dan saya, tentu memiliki "bata" yang jelek dan "bata" yang bagus di kehidupan. Ini mengingatkan saya pada sebuah pepatah, tak ada gading yang tak retak. Dalam sebuah keindahan, pasti terdapat kekurangsempurnaan.

Kadang, tanpa sadar kita melakukan kesalahan, tetapi dari sana kita justru bisa belajar tentang sebuah kebenaran. Tak jarang, kita juga mengalami kegagalan, agar bisa merasakan nikmatnya sebuah keberhasilan. Karena itu, tak perlu malu dengan kesalahan di masa lalu. Jangan pula patah semangat saat kegagalan mendera. Sebab, di balik semua itu, kita bisa belajar sesuatu.

Kesadaran akan keterbatasan sebaiknya dapat menjadi pemacu semangat kita untuk terus melakukan perbaikan dalam segenap aspek kehidupan. Bukan saatnya lagi kita meratapi kekurangan, tapi justru dengan keterbatasan itu, kita bisa terus belajar untuk memaksimalkan kelebihan yang sudah ada guna membangun masa depan.

Jadi, jangan hancurkan dinding yang bagus karena bata yang tak sempurna. Karena, di balik setiap proses kehidupan, pasti ada proses pembelajaran. Tujuannya satu: untuk menguatkan dan menyempurnakan, sehingga hidup lebih bermakna.

 



Sumber : andriewongso.com

Rabu, 10 November 2010

Danau Toba Kawah Gunung Berapi Raksasa Yang Sedang Tidur


Sejarah SuperVolcano Toba yang MeLegenda dan Letusan MAHADAHSYATnya ~ Indonesia ternyata masih menyimpan satu cerita besar. Sebuah cerita yang hampir menghapus peradaban di permukaan bumi, mengawali zaman es terakhir, dan menyisakan makhluk-makhluk yang beruntung masih hidup hingga jaman ini.
Danau Toba, yang dikenal sebagai salah satu danau air tawar terbesar di dunia, dengan pulau Samosir yang elok, dalam sejarah vulcanology adalah sisa dari letusan kaldera mahadashyat yang paling besar hingga detik ini (skala 8 VEI – Vulkanic Explotion Index). Letusan Toba dapat disamakan dengan 2000 kali letusan Gunung Helena atau 20000 kali letusan bom atom Hiroshima.
Efek dari letusan itu adalah lubang besar dengan luas hampir 200 ribu hektar (panjang 100 km dan lebar 30 km) atau dua setengah kali negara Singapura dimana lubang itu kini terisi air dan disebut dengan Danau Toba. Letusan itu memuntahkan material vulkanis ke seluruh penjuru dunia dan batuan yang sama ditemukan di beberapa negara oleh geologist. Awan debu yang dimuntahkan menutupi permukaan bumi dari sinar matahari sehingga menurut para ahli suhu bumi turun hingga lebih dari 15 derajat Celcius hingga beberapa dekade, awal dari jaman es yang terakhir.
Data Letusan 3 Gunung Terbesar Di Indonesia
Kejadian itu menyebabkan kematian dan kelaparan di seluruh permukaan bumi, dan diperkiraan manusia yang hidup tinggal 10000 hingga 40000 orang saja. Manusia yang tersisa bermigrasi dari Afrika, menyebar ke Arab, Eropa, Asia dan Indochina. Dan dengan kecepatan replikasi hamster, kini manusia menghuni seluruh daratan di dunia.
Danau Toba yang besar itu (luasnya kira2 100 x 30 km) sebenarnya berdiri di atas reruntuhan 3 kaldera besar. Di selatan terdapat Kaldera Porsea, berbentuk ellips dengan dimensi 60 x 40 km, terbentuk oleh letusan gigantik 800 ribu tahun silam. Kaldera ini meliputi sebagian selatan danau Toba dari Pulau Samosir, hingga ke daratan wilayah Parapat – Porsea dan “teluk” yang menjadi outlet ke Sungai Asahan. Wajah kaldera Porsea ini ‘dirusak’ oleh kaldera Sibadung yang terbentuk kemudian. Sementara di sebelah utara, di utara Pulau Samosir terdapat kaldera Haranggaol yang nyaris bulat dengan diameter ‘hanya’ 14 km. Haranggaol terbentuk pada 500 ribu tahun silam. Keberadaan kaldera-kaldera besar ini menunjukkan Danau Toba adalah kompleks vulkanik nan luar biasa.
Kita fokuskan ke Kaldera Sibadung. Inilah kaldera yang terbentuk dalam erupsi gigantik 71.500 +/- 4.000 tahun silam dan dinobatkan sebagai letusan terdahsyat di muka Bumi dalam 2 juta tahun terakhir setelah banjir lava di Yellowstone (AS). Bentuk kaldera mirip kacang (peanut-like) dan secara kasar memiliki panjang 60 km dengan lebar 30 km. Bentuk unik ini mengesankan bahwa kaldera Sibadung dulunya kemungkinan adalah gunung api kembar yang meletus secara bersamaan, seperti halnya gunung Danan dan Perbuwatan dalam erupsi katastrofik Krakatau 1883. Kaldera Sibadung mencakup seluruh bagian Pulau Samosir dan perairan selatan Danau Toba, kecuali “teluk” di sebelah tenggara yang menjadi outlet ke Sungai Asahan.
Letusan Toba 71 – 75 ribu tahun silam memang sungguh luar biasa. Gunung ini melepaskan energi 1.000 megaton TNT atau 50 ribu kali lipat ledakan bom Hiroshima dan menyemburkan tephra 2.800 km kubik berupa ignimbrit, yakni batuan beku sangat asam yang memang menjadi ciri khas bagi letusan-letusan besar. 800 km kubik tephra diantaranya dihembuskan ke atmosfer sebagai debu vulkanis, yang kemudian terbang mengarah ke barat akibat pengaruh rotasi Bumi sebelum kemudian turun mengendap sebagai hujan abu. Sebagai pembanding, erupsi paroksimal Tambora 1815 (yang dinyatakan terdahsyat dalam sejarah modern) ‘hanya’ menyemburkan 100 km kubik debu dan itupun sudah sanggup mengubah pola cuaca di Bumi selama bertahun-tahun kemudian, yang salah satunya menghasilkan hujan lebat yang salah musim di Eropa dan berujung pada kekalahan Napoleon pada pertempuran besar Waterloo.
Sebuah penelitian terbaru menyatakan sebuah ledakan besar vulkanik di Indonesia mengguncang planet Bumi pada 73.000 tahun yang lalu, bertanggungjawab terhadap pendinginan suhu global dan menghancurkan populasi nenek moyang manusia. Dibutuhkan heck dari sebuah bencana untuk menyeka pohon dari India.
Tapi 73.000 tahun yang lalu, letusan titanic Gunung Toba (the great Toba) di Indonesia melakukan hal itu, menyapu bersih daerah itu hampir dalam semalam seperti menendang planet ke lemari es yang akan dingin bertahan selama hampir 2.000 tahun. Letusan Toba mungkin merupakan peristiwa vulkanik yang paling penting dalam sejarah manusia, derita leluhur penduduk manusia di Afrika turun secara drastis, hanya yang menyisakan sekitar 30.000 orang yang selamat.
Tetapi para ilmuwan berdebat apakah semua bencana itu sebegitu buruk dengan beberapa berpendapat bahwa hanya ada penyimpangan kecil dalam iklim pada saat itu. Sebelumnya, peneliti Jihong Cole-Dai, kimiawan lingkungan dari South Dakota State University di Brookings menganalisis penurunan suhu global sekitar tahun 1810 sebagai dampak dari letusan Gunung Tambora
Kini, sebuah penelitian baru yang dipimpin oleh Martin Williams dari University of Adelaide di Australia membuktikan sebuah lingkungan yang dilemparkan ke dalam kondisi chaos, setidaknya terjadi di India. Serbuk sari dan sampel tanah yang dikumpulkan dari Teluk Bengal dan India tengah menunjukkan sebuah pohon tanah lembab yang tertutup material hancur oleh letusan vulkanik. Musim hujan terhenti dan dingin, musim kering memunculkan rumput savana.
Studi baru yang dipublikasikan baru-baru ini di jurnal Paleogeography, Paleoclimatology, Paleoecology merupakan bukti langsung pertama dari sebuah kehancuran ekosistem akibat letusan. Studi sebelumnya telah menunjukkan bahwa abu Gunung Toba itu meluas melalui ke India dan Samudera Hindia, bahwa belerang dari letusan terakumulasi abadi dalam jumlah besar membeku di lapisan es Greenland, Kutub Utara.
Stanley Ambrose dari University of Illinois di Urbana-Champaign, mengatakan bahwa studi terbaru menunjukkan garis panjang bukti yang menyatakan Toba sebagai peristiwa destruktif massal. “Model iklim memperkirakan bahwa suhu turun 16 derajat Celcius (29 derajat Fahrenheit) selama 50 tahun di Afrika. Hari ini suhu rata-rata di Nairobi adalah 25 derajat Celcius (77 Fahrenheit). Anda bisa bayangkan saja apa yang akan terjadi,” kata Ambrose.
Namun, Michael Petraglia dari University of Oxford menyatakan bahwa para peneliti telah berpikir dengan membesar-besarkan kasus. “Dua dari tiga sampel di India berasal dari lembah sungai yang sama. Apa yang mereka sampling adalah situasi lokal dan mereka membuat lompatan besar penafsiran bahwa seluruh Asia selatan seperti ini,” kata Petraglia. Selain itu penelitian manusia purba sendiri sudah di India pada waktu itu, dan selamat dari letusan.
“Saya tidak menyangkal super letusan Toba memiliki efek ekologis, saya kira itu memang benar. Tapi interpretasi mereka tentang evolusi manusia dan genetika memiliki kelemahan. Keterkaitan antara letusan dan genetika belum terbukti secara kuat,” kata Petraglia.
Kerikil (lapili) produk letusan Toba ditemukan hingga di India, yang berjarak 3.000 km dari pusat letusan. Keseluruhan permukaan anak benua India ditimbuni abu letusan dengan ketebalan rata-rata 15 cm. Bahkan di salah satu tempat di India tengah, ketebalan abu letusan Toba mencapai 6 meter. Debu vulkanik dan sulfur yang disemburkan ke langit dalam letusan dahsyat selama 2 minggu tanpa henti itu membentuk tirai penghalang cahaya Matahari yang luar biasa tebalnya di lapisan stratosfer, hingga intensitas cahaya Matahari yang jatuh ke permukaan Bumi menurun drastis tinggal 1 % dari nilai normalnya. Kurangnya cahaya Matahari juga menyebabkan suhu global menurun drastis hingga 3 – 3,5º C dari normal dan memicu terjadinya salah satu zaman es. Rendahnya intensitas cahaya Matahari membuat tumbuh2an berhenti berfotosintesis untuk beberapa lama dan tak sedikit yang bahkan malah mati, seperti terekam di lembaran2 es Greenland.
Bagaimana dengan manusia? Ambrose (1998) berdasar jejak DNA manusia purba menyebut saat itu terjadi situasi “genetic bottleneck” yang ditandai dengan berkurangnya kelimpahan genetik dan populasi manusia. Bahkan dikatakan jumlah individu manusia saat itu (tentunya dari generasi homo sapiens awal seperti homo sapiens neanderthalensis dan rekan-rekannya) merosot drastis hingga tinggal 10 % saja dari populasi semula.
Bencana lingkungan akibat erupsi Toba ini diduga membuat homo neanderthalensis berevolusi menghasilkan individu yang lebih lemah. Sehingga ketika katastrofik berikutnya terjadi, yakni pada 12.900 tahun silam di ujung zaman es tatkala asteroid/komet berdiameter 5 km jatuh ke Bumi dari ketinggian awal yang rendah (mendekati horizon) sehingga benda ini meledak pada ketinggian 60 km di atas Eropa – Amerika sembari melepaskan energi 10 juta megaton TNT, neanderthal tak sanggup lagi bertahan dan punahlah ia bersama kawanan mammoth sang gajah raksasa zaman es.
Danau Toba sekarang ini, apakah masih aktif? Ya. Bekas letusan berskala kecil dan kubah lava baru pasca erupsi hebat itu masih dapat dijumpai di kerucut Pusukbukit di sebelah barat dan kerucut Tandukbenua di sebelah utara. Terangkatnya Pulau Samosir hingga 450 meter dari elevasi semula (yang dapat dilihat dari lapisan2 sedimen danau di pulau ini) juga menunjukkan bahwa reservoir magma Toba telah terisi kembali, secara parsial. Studi seismik menunjukkan di bawah danau Toba terdapat sedikitnya dua reservoir magma di kedalaman 40-an km dengan ketebalan 6-10 km.

Bertahan dari Letusan Mahadahsyat

Sekelompok peneliti internasional menyatakan, manusia India yang hidup pada saat letusan gunung api Toba-yang kini menjadi bagian dari Provinsi Sumatera Utara-74.000 tahun lalu, relatif masih bisa bertahan hidup. “Meski mengalami masa-masa yang sulit,” kata antropolog Michael Petraglia dari Universitas Cambridge Inggris, kepada Tempo melalui surat elektronik pada Senin pekan lalu.
Petraglia adalah pemimpin penelitian yang dilakukan di Lembah Jwalapuram, Distrik Kurnool, India, itu. Petraglia dan timnya menemukan ratusan artefak berupa alat-alat batu serpih yang sama tipenya dari atas dan bawah lapisan debu vulkanik Gunung Api Toba.
“Artefak kami temukan di bawah dan di atas lapisan debu, oleh sebab itu kami menyimpulkan adanya keberlanjutan populasi di kawasan tersebut setelah letusan terjadi” ujar Petraglia.
Letusan Gunung Api Toba yang wujudnya hanya bisa direka-reka dari kawasan Danau Toba kini, adalah letusan mahadahsyat dan tiada bandingnya. Sejarah mencatat, itulah letusan terbesar di dunia selama dua juta tahun terakhir.
Gunung itu melontarkan sekitar 3.000 kilometer kubik material perut bumi, termasuk gas vulkanis dan asam sulfur ke langit. Gas dan asam sulfur menyelubungi lapisan stratosfer di atmosfer bumi selama 6 tahunan.
Adapun material gunung terlempar sampai ke kawasan Greenland di utara bumi. Di India, di mana Petraglia dan timnya meneliti, tebal lapisan debu vulkanisnya mencapai 15 sentimeter.
Selubung material dan gas dari gunung itu membuat temperatur muka bumi menurun antara 3 sampai 5 derajat celsius. Dunia pun mengalami musim dingin vulkanik yang sama seperti zaman es. “Itu adalah masa-masa yang sangat berat dan menantang,” kata Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York.
Di tengah masa sulit itulah manusia India pada saat yang sama, menurut Petraglia, bisa bertahan hidup. Padahal, teori yang didasarkan penelitian DNA dan genetik, menyatakan bahwa populasi manusia di bumi nyaris tersapu bersih akibat letusan tersebut.
Sebuah teori dari Stanley H. Ambrose dari Universitas Illinois di Urbana-Champaign Amerika Serikat, menyatakan bahwa populasi manusia yang hidup saat ini berasal dari antara 1.000 sampai 10.000 jiwa manusia yang bertahan hidup dari letusan gunung Toba itu.
Menurut Petraglia, artefak-artefak yang mereka temukan dari lapisan bawah debu vulkanis, memiliki kesamaan tipe dengan artefak di lapisan atasnya. “Semuanya diidentifikasi dari masa Paleolitik Tengah, antara tahun 150.000 sampai 38.000 Sebelum Masehi,” katanya.
Tapi Ambrose meminta Petraglia dan timnya tak buru-buru menarik kesimpulan sebelum menemukan bukti lebih lanjut. “Satu-satunya cara untuk membuktikan adalah menemukan kerangka manusia di bawah lapisan debu yang sama dengan manusia Afrika,” katanya.
Petraglia setuju bahwa penemuan kerangka akan memberikan bukti yang lebih kuat, tapi dia tetap kukuh pada pendiriannya. “Ada ribuan artefak lagi yang tidak kami presentasikan di jurnal yang mendukung klaim kami,” katanya.
Artefak-artefak yang ditemukan Petraglia mengindikasikan kesamaan morfologi dengan alat-alat batu yang dibuat manusia modern di Afrika bagian selatan.
Petraglia dan timnya pun menduga bahwa manusia yang hidup di India itu sama modernnya dengan manusia Afrika. Manusia India itu berasal dari Afrika yang bermigrasi dan tiba di kawasan tersebut sebelum letusan Toba menyelimuti kawasan itu dengan debu.
Tapi dugaan ini ditentang Will Harcourt-Smith, palentolog dari Museum Sejarah Alam Amerika di New York. Menurutnya, manusia modern Afrika yang hidup pada masa yang sama dengan letusan Gunung Toba, sudah hidup dengan simbolisme, perilaku pembuatan alat yang kompleks, demikian pula kehidupan sosialnya. “Memang perilaku mereka tak seperti manusia sekarang, tapi mereka sudah tergolong manusia modern,” kata dia.
Chris Clarkson, arkeolog dari Universitas Queensland, Australia, yang terlibat dalam tim Petraglia mengatakan, dugaan mereka didukung temuan sejumlah besar oker di bawah lapisan debu, bersamaan dengan alat batu. Oker adalah zat warna terbuat dari tanah, yang digunakan oleh manusia awal untuk seni, simbol, atau mengelem alat batu dengan pegangan kayunya.
“Semua ini potensial sebagai penanda akan perilaku yang lebih komplek daripada yang sebelumnya dicantelkan kepada spesies hominid awal yang sudah punah,” kata Clarkson.
“Penggalian lebih lanjut akan membantu kita menyimpulkan apakah alat-alat itu milik manusia modern atau tidak.”
Adapun Petraglia mengatakan bahwa penemuan mereka pun mengklarifikasi hipotesis persebaran bagian selatan. Teori itu menyatakan bahwa manusia Aborigin Australia sekarang bermigrasi dari Afrika melalui Samudera Hindia.
Lantaran kaum aborigin Australia tiba di benua itu pada 45.000 sampai 60.000 tahun lalu, “Kami pikir mereka mestinya berangkat dari Afrika ke semenanjung Arab, subkontinen India lalu ke Asia Tenggara,” ujarnya.
Petraglia menyatakan kesimpulan mereka memang dapat saja diperdebatkan dan sah-sah saja. “Ada saja orang yang mempertahankan teori mereka sendiri dan tak menyukai kesimpulan kami, tapi ada pula yang setuju,” katanya.
Footnote : Missing link anthropology adalah fenomena ketika banyak ditemukan fosil spesies manusia selain homo sapiens namun pada suatu periode tertentu spesies ini tidak ditemukan lagi dan menyisakan hanya homo sapiens yang hidup hingga saat ini (setidaknya yang mendominasi, manusia pigmi berukuran kurang dari 1 meter homo sapiens atau bukan belum diketahui). Ada satu kejadian besar yang memutus sejarah, yang menurut teori Toba Catasthopic diakibatkan oleh letusan Toba.

Back Again – Why it always connected with 2012

Kapan Toba akan kembali meletus dahsyat? Kita tidak tahu. Namun dilihat dari historinya butuh waktu sedikitnya 300 ribu tahun pasca letusan besar Toba untuk kembali menghasilkan letusan katastrofik. Memang sempat muncul kekhawatiran Toba akan kembali menggeliat pasca guncangan gempa megathrust Sumatra Andaman 2004 yang mencapai 9,15 Mw itu dengan episenter hanya 300 km di sebelah barat danau, namun sejauh ini belum terbukti. Kekhawatiran ini bukannya tanpa alasan. Krakatau bangkit dari tidur panjangnya selama 200-an tahun tatkala gempa besar mengguncang kawasan Selat Sunda di awal 1883 dimana getarannya terasakan hingga ke Australia.  Dalam perhitungan kalender Maya, 74000 tahun yang lalu adalah awal dari penanggalan siklus dunia yang keempat atau akhir dari siklus penanggalan dunia yang ketiga. Kapankah siklus keempat berakhir? Tentu saja 21 Desember 2012 ;-p
Apakah Toba akan kembali beraksi? Para ahli vulkanologi sudah melakukan riset di akhir tahun 2000 dengan menempatkan berpuluh titik seismograf di sekitar Danau Toba. Meski sering terjadi gempa ringan namun cadangan magma di kaldera Toba masih butuh ratusan tahun lagi untuk mempunyai potensi erupsi. Itu menurut analisa mereka. Namun yang diperkirakan oleh beberapa vulcanologist, bukan supervulcano Toba yang berpotensi aktif kembali dan sedikit dikaitkan di tahun 2012 sebagai momen kritis. Bukan Toba, tapi saudaranya, kaldera super vulcano dengan cadangan magma terbesar di dunia yang tercitra oleh satelit.

Senin, 08 November 2010

Marie Curie dan Radioaktif



Maria SkÅ‚odowska-Curie (lahir di WarsawaPolandia7 November 1867 – meninggal 4 Juli 1934 pada umur 66 tahun) adalah perintis dalam bidang radiologi dan pemenang Hadiah Nobel dua kali, yakni Fisika pada 1903 dan Kimia pada 1911. Ia mendirikan Curie Institute. Bersama dengan suaminya, Pierre Curie, ia menemukan unsur radium.
Curie adalah salah satu dari sedikit orang yang memenangi dua Hadiah Nobel dalam dua bidang, adalah salah satu peneliti terpenting dalam bidang radiasi dan efeknya sebagai perintis radiologi. Catatan miliknya bersifat radioaktif, sampai baru-baru ini seorang cucu perempuannya mendekontaminasinya.
Marie Curie dibesarkan di Polandia dalam keluarga guru. Karena krisis di Polandia, ia jatuh miskin dan harus hidup hemat. Yang lebih menyedihkan lagi, ia harus sembunyi-sembunyi untuk belajar ilmunya. Pada tahun 1891 Marie melanjutkan studinya tentang Fisika dan Matematika di Universitas Sorbonne. Baru setelah dia pergi ke Paris untuk sekolah di Universitas Sorbonne maka dia dapat lebih leluasa untuk melakukan riset sampai akhirnya dari bekalnya itu dia mampu mengisolasi radium dari laboratorium tuanya yang sederhana; dari sinilah awal kepopulerannya.
Dedikasinya yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan sangatlah tinggi. Sampai saat ini, belum ada lagi seorang perempuan dengan talenta dan dedikasi yang demikian besar terhadap ilmu pengetahuan. Marie Curie terus bekerja dan menyelediki nuklir dan radioaktif hanya di dalam laboratorium sederhana tanpa mau memikirkan diri sendiri. Bahkan ia tidak mau mendaftarkan penemuannya ke paten karena terlalu berpegang teguh pada prinsip, "ilmu pengetahuan adalah untuk umat manusia".


Selasa, 02 November 2010

PENGARUH KECEPATAN CAHAYA

Apa yang terjadi jika kita bergerak dengan kecepatan yang mendekati kecapatan cahaya? Hmm, kita bahas, yuk, daripada bengong…
Saat ini adalah sudah 105 tahun sejak Einstein pertama kali memperkenalkan Theory of Special Relativity yang menjelaskan apa yang terjadi pada suatu objek pada kecepatan cahaya.
Sebenarnya ada banyak yang harus dipelajari terkait pertanyaan tadi. Tapi kita langsung saja melihat apa yang terjadi pada suatu benda saat kita membuatnya bergerak mendekati kecepatan cahaya. Ada tiga hal penting:
1.Kontraksi. Ini akan terjadi pada semua orang. Jika kita bergerak mendekati kecepatan cahaya, lalu seseorang yang melihat kita, akan melihat kita mengecil. Tapi dari sisi kita, segala sesuatu yang kita lihat akan terlihat bergerak ke arah belakang kita mendekati kecepatan cahaya, dan juga seperti memiliki dimensi yang mengecil.
2.Melambatnya Waktu. Fenomena ini disebut dilasi (dilation), dan lagi, ini terjadi pada semua orang. Artinya bahwa jika kita bergerak mendekati kecepatan cahaya, semua orang yang melihat kita akan melihat bahwa waktu akan berjalan lebih lambat untuk kita: arloji kita berjalan lebih lambat, umur kita melambat, detak jantung kita melambat, dst. Tapi kita juga melihat hal yang sama, umur orang-orang itu melambat, dst.
Tapi jika kita pergi dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya dan lalu kita kembali ke bumi pada kecepatan bumi, kita akan menemukan fakta bahwa selama perjalanan kita, meski umur kita berjalan normal seperti biasa, yang terjadi di bumi lebih lama waktu yang telah terlewati.
3.Lebih banyak energi yang dibutuhkan untuk menambah kecepatan. Beberapa dari Anda yang tahu sedikit fisika tahu bahwa besarnya energi dari suatu partikel adalah E=mc2. Beberapa dari Anda juga tahu bahwa Energi Kinetik = 1/2 mv2. Tapi saat Anda bergerak mendekati kecepatan cahaya, hal itu butuh dan butuh lagi lebih energi untuk bergerak lebih cepat. Pada grafik di bawah ini, garis ungu adalah formula lama untuk energi kinetik, tapi garis merah merupakan energi yang sebenarnya (relativistic). Catat bahwa Anda tidak akan pernah benar-benar sanggup mencapai kecepatan cahaya, tapi bahwa energi itu mendekati tak terbatas (infinity).
Jadi itulah yang terjadi saat suatu benda biasa mendekati kecepatan cahaya: terlihat mengalami kontraksi, waktu melambat, dan kebutuhan akan energi yang lebih besar untuk menambah kecepatannya. Atau misalnya, sesuatu yang tidak memiliki massa (seperti foton, atau mengkin gravitasi), harus bergerak pada kecepatan cahaya.
Tapi katakanlah Anda punya pesawat ruang angkasa, dan entah bagaimana caranya memutuskan untuk bepergian pada kecepatan cahaya. Apa yang terjadi?
Okeh, jika Anda menggunakan seluruh energi di jagat raya untuk pesawat ruang angkasa Anda, Anda mungkin bisa mendekati kecepatan cahaya. Seberapa dekat? Kecepatan cahaya tepatnya 299,792,458 meter/detik. Dan Anda bisa mencapai antara kira-kira 1 x 10-30 meter/detik dari angka itu – udah bagus banget. Taruhlah Anda mencapai kecepatan itu, apa yang akan terjadi?
Pertama, seluruh jagat raya akan berkontraksi menjelma menjadi hanya beberapa milyar kilometer – kurang dari satu tahun cahaya!
Kedua, waktu akan melambat begitu hebat, hingga umur Anda akan hanya beberapa detik sementara jagat raya pada kenyataannya telah bertambah umur trilyunan tahun!
Galaksi akan berfusi, bintang-bintang akan lahir dan meledak dalam sekejap mata.
Dan akhirnya, Anda mungkin akan menjadi yang pertama kali melihat takdir dari jagat raya; jika jagat raya punya akhir, Anda bisa melambatkan waktu begitu hebat untuk Anda sendiri sehingga mungkin Anda tidak hanya melihatnya, Anda mungkin melakukannya hanya dalam hitungan detik.
Jadi masalahnya bukan hanya bagaimana mencapai kecepatan cahaya, tapi ada alasan lain kenapa mending kita gak usah mencoba melakukannya.




Selasa, 05 Oktober 2010

7 LUBANG EKPLORASI TERBESAR DI DUNIA


1. Kimberley Hole – Afrika Selatan
Lubang Besar Kimberley berada di Afrika Selatan dan lubang ini mencapai kedalaman 1.097 meter dan garis tengah lubang ini adalah 463 meter. Lubang ini adalah yang terbesar yang pernah digali manusia di atas bumi ini. Dari tahun 1866 hingga 1914 (ditutup pemerintah) sebanyak 50.000 penambang telah menggali lubang ini dan menghasilkan lebih dari 3 ton berlian. Jumlah tanah yang terbuang oleh penambangan diperkirakan sekitar 22,5 juta ton.

2. Glory Hole – Monticello Dam,California
Lubang ini merupakan spillway terbesar di dunia, digunkan apabila air sudah melebihi kapasitas waduk dan harus dikurangi volumenya. Dengan ukuran ini memungkinkan untuk mengkonsumsi 14.400 kubik air setiap detik. Lokasi lubang ini berada di Bendungan Monticello, California, Amerika


Coba perhatikan lubang pada bagian kiri gambar di atas, jika Anda melompat ke dalam maka Anda akan keluar dari pancaran air di dekat bagian bawah bendungan (Gambar di bawah).
3. Bingham Canyon Mine – Utah
Lubang ini dibuat manusia untuk pertambangan. Pengerukan dimulai pada tahun 1863 dan masih terus berlangsung sampai dengan hari ini. Pada saat ini ukuran lubang adalah dengan kedalaman 0,75 mil dan lebar 2,5 mil.

4. Great Blue Hole – Belize
Fenomena geografis yang luar biasa ini dikenal sebagai “Blue Hole” terletak 60 mil di bagian daratan Belize. Terdapat banyak “blue hole” di seluruh dunia, tetapi tidak seperti yang menakjubkan ini. Pada permukaan diameter lubang adalah 0,25 mil, dengan kedalaman mencapai 145 meter. Dengan jelas bisa diamati dengan menyelam






5. Mirny Diamond Mine – Serbia
Banyak orang telah melihat lubang satu ini. Mereka berpendapat bahwa penambangan intan ini hasil perbuatan manusia terburuk yang pernah ada di dunia. Pada kedalaman 525 meter dan diameter atas 1200 meter, bahkan telah ditetapkan larangan terbang di atas zona lubang karena beberapa helikopter pernah jatuh kedalam lubang tersebut


6. Diavik Mine – Canada
Lubang yang luar biasa ini dapat ditemukan di 300km timur laut dari Yellowknife di Kanada. Ini adalah tambang yang sangat besar dan daerah yang jauh sehingga ia bahkan telah memiliki sendiri bandara dengan landasan yang cukup besar untuk menampung sebuah Boeing 737. Hal itu juga terlihat sama ketika air di sekililingnya membeku.


7. Sink Hole – Guatemala
Pada tahun 2007 terjadi sebuah sink hole atau lubang sedalam 300 kaki yang sanggup menelan Patung Liberty. Sinkhole disebabkan ketika air (air hujan atau kotoran biasanya) di dalam bumi hilang pada skala besar, sehingga menyebabkan perubahan tekanan dari bawah, ketidakstabilan alam dan menyebabkan permukaan tanah “collaps” atau runtuh ke dalam bumi, menenggelamkan belasan rumah dan menewaskan setidaknya 3 orang







Sabtu, 02 Oktober 2010

Para Penemu Dari Indonesia


berikut ini adalah deretan penemu dan temuannya yang berasal dari Indonesia

1. Abdul Jamil Ridho & Niti Soedigdo - Penemu Varietas Unggul Singkong Raksasa

2. Adi Rahman Adiwoso - Penemu Teknologi Baru dalam Telepon Bergerak Berbasis Satelit
3. Alexander Kawilarang - Penemu Kapal Ikan Bersirip
4. Andrias Wiji Setio Pamuji - Penemu Reaktor Biogas
5. Arief Mulyana Djumra - Penemu Pemacu Produktifitas dan Kualitas Udang dan Ikan
6. Aryadi Suwono & Tim Peneliti ITB - Penemu Bahan Pendingin Baru yang Lebih Hemat Energi
7. Ayub S. Parnata - Penemu Bakteri Kompos Organik
8. Bacharuddin Jusuf Habibie - Penemu Teori, Faktor dan Metode Habibie (Teknologi Pesawat Terbang)
9. Budi Noviantoro - Penemu Klip Penambat Bantalan Kereta Api dengan Dua Gigi
10. Dani Hilman Natawijaya - Penemu Indikator Alam (Terumbu Karang) terhadap Siklus Gempa
11. Djuanda Suraatmadja - Penemu Beton Polimer yang Ramah Lingkungan

12. Eddyman, Intan Elfarini & Kanaka Sundhoro - Penemu Obat Antinyamuk Alami dan Murah
13. Evvy Kartini - Penemu Penghantar Listrik Berbahan Gelas
14. Fuad Affandi - Penemu Pupuk Alami dari Air Liur
15. Herman Johannes - Penemu Tungku Berbahan Bakar Briket Arang Kayu dan Dedaunan
16. I Gede Ngurah Wididana - Penemu Formula Minyak Oles Bokhasi
17. I Made Budi - Penemu Formula Sari Buah Merah untuk Pengobatan
18. Lalu Selamat Martadinata - Penemu Alat Pemanggil Ikan
19. M. Djoko Srihono - Penemu Penjernih Air Limbah
20. Maruni Wiwin Diarti - Penemu Senyawa Antimikroba dari Rumput Laut
21. Minto - Penemu Kompor dan Pengering Hasil Tani dengan Tenaga Matahari
22. Mumu Sutisna - Penemu Hormon Penyubur Anakan Padi
23. Mulyoto Pangestu - Penemu Teknik Ekonomis Pembekuan Sperma
24. Neny Nurainy - Penemu Varian Virus Hepatitis B Indonesia
25. Puji Slamet Arif - Penemu Motor Listrik Hemat Energi
26. Rahmiana Zein - Penemu Teknik Pemisahan Cairan dalam Kecepatan Tinggi
27. Randall Hartolaksono - Penemu Formula Kimia Pemadam Api Ramah Lingkungan
28. Rizal & Juffri Sahroni - Penemu Penghemat Bahan Bakar Diesel
29. Robert Manurung - Penemu Minyak Jarak Murni
30. Saverinus Nurak - Penemu Mesin Pompa Tangan Berkekuatan Tinggi
31. Sutjipto & Ryantori - Penemu Konstruksi Fondasi Sarang Laba-laba
32. Sutrisno - Penemu Alat Perangkap Lalat Buah
33. Sedijatmo - Penemu Konstruksi Fondasi Cakar Ayam
34. Septinus George Saa - Penemu Rumus Penghitung antara Dua Titik Rangkaian Resistor
35. Sofin Hadi - Penemu Metode Cincin untuk Sunat Tanpa Luka
36. Sri Wuryani, Mustadjab, Euis M. Nirmala, Siwi Hardiastuti - Penemu Pengawet Aroma dalam Hampa
37. Tjokorda Raka Sukawati - Penemu Landasan Putar Bebas Hambatan Sosrobahu
38. Warsimin Adiwarsito - Penemu Marmer Buatan
39. Widowati Siswomihardjo - Penemu Bahan Baru untuk Gigi Palsu yang Lebih Aman dan Murah
40. Windu Hernowo - Penemu Penghemat Bahan Bakar Mesin
41. Yanto Lunardi Iskandar - Anggota Tim Penemu HIV & Metode Peningkatan Hematopoiesis
42. Yudi Utomo Imardjoko - Penemu Kontainer Limbah Nuklir
43. Zahlul Badaruddin - Penemu Zahlul Integrated Unit (Desain Sistem Efisien untuk Produksi Obat/Kimia