Teori Tentang Produktivitas
Pengertian Produktivitas
Menurut Heizer dan Render (2005) bahwa, ”Produktivitas
adalah perbandingan antara output (barang dan jasa) dibagi input (sumber
daya, seperti tenaga kerja dan modal)”.
Menurut Chase, Aquilano & Jacobs (2001)
menyatakan bahwa, ”Productivity is a common measure of how wel a country,
industry, or business unit is using its resources or factors of production)”.
(Produktivitas adalah satu ukuran umum suatu negara, industri, atau unit usaha
yang menggunakan sumber dayanya atau faktor produksi).
Ukuran keberhasilan produksi dipandang dari sisi output,
maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu sisi output dan
input. Sehingga mendefinisikan produktivitas dari berbagai segi yaitu :
A. Secara
filosofi / psikologi
Produktivitas merupakan sikap mental yang selalu
mempunyai pandangan bahwa mutu kehidupan hari ini lebih baik dari pada kemarin,
dan hari esok lebih baik dari hari ini. Maka dalam filosofi produktivitas
dikehendaki adanya perubahan berupa perbaikan dari apa yang telah ada
sebelumnya.
B. Secara
Ekonomis
Produktivitas merupakan usaha memperoleh hasil
sebesar–besarnya dengan pengorbanan sumber daya yang sekecil–kecilnya.
C. Secara
Teknis
Produktivitas diformulasikan sebagai rasio output
terhadap input.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas
berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output,
produktivitas merupakan perbandingan antara output (barang dan jasa)
dibagi dengan satu atau lebih input (seperti tenaga kerja, modal, atau
manajemen).
Menurut Waters, (2001) bahwa, “Produktivitas parsial
pada empat tipe sumber daya yaitu: Produktivitas
peralatan, seperti unit–unit yang dihasilkan oleh per jam mesin, atau mil jarak
yang ditempuh per mobil. Produktivitas
buruh, seperti unit–unit yang dihasilkan oleh setiap orang atau jumlah ton yang
dihasilkan per shift. Produktivitas
modal, seperti unit–unit yang dihasilkan per £1 yang diinvestasikan atau
penjualan per unit modal. Produktivitas
energi seperti unit–unit output yang dihasilkan per kwh listrik, atau unit yang
dihasilkan setiap £1 yang dibelanjakan untuk energi”.
Pengukuran Produktivitas
Menurut Heizer dan Render (2005), ”Pengukuran
produktivitas dapat dilakukan secara produktivitas faktor tunggal dan
produktivitas secara multifaktor. Produktivitas faktor tunggal menggambarkan
perbandingan satu sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang
dihasilkan. Produktivitas multifactor menggambarkan perbandingan banyak atau
seluruh sumber daya (input) terhadap barang dan jasa yang dihasilkan (output).
Menurut Bambang (1996), ”Faktor–faktor yang
mempengaruhi produktivitas adalah :
Ø Faktor
manusia. Faktor manusia mencakup beberapa aspek antara lain kuantitas, tingkat
keahlian, latar belakang kebudayaan dan pendidikan, kemampuan, sikap, minat,
struktur pekerjaan, umur, jenis kelamin.
Ø Faktor
modal. Faktor modal meliputi aspek modal tetap, teknologi, bahan baku.
Ø Faktor
metode (proses). Faktor metode meliputi tata ruang tugas, penanganan bahan baku
penolong dan mesin, perencanaan dan pengawasan produksi, pemeliharaan melalui
pencegahan, teknologi yang memakai, cara alternative.
- Faktor
produksi. Meliputi kuantitas, kualitas, ruangan produksi, struktur campuran,
spesialisasi produksi.
- Faktor
lingkungan organisasi. Meliputi organisasi dan perencanaan, kebijaksanaan
personalia, sistem manajemen, gaya kepemimpinan, kondisi kerja, ukuran
perusahaan, iklim kerja, sistem intensif.
- Faktor
lingkungan negara. Meliputi struktur sosial politik, struktur industri,
pengesahan, tujuan pengembangan jangka panjang dan lain-lain.
- Faktor
lingkungan internasional. Meliputi kondisi perdagangan dunia, masalah-masalah
perdagangan internasional, kebijakan migrasi tenaga kerja.
- Faktor
Umpan balik. Umpan balik menunjukkan bagaimana masyarakat menilai kuantitas dan
kualitas produksi berapa banyak uang yang harus dibayarkan untuk masukan-masukan
utamanya (tenaga kerja dan modal) dimana masyarakat menawarkan pada perusahaan.
Peningkatan Produktivitas
Berdasarkan definisi produktivitas yang merupakan
sebagai rasio output terhadap input, maka dapat dilihat bahwa
untuk peningkatan produktivitas, perlu dilakukan tindakan–tindakan meningkatkan
output dan/atau menurunkan input. Maka dapat dinyatakan
produktivitas akan naik bila :
- Output
mengalami
kenaikan sedangkan input konstan.
- Output
konstan
sedangkan input mengalami penurunan.
- Output
mengalami
kenaikan sedangkan input mengalami penurunan.
- Output
mengalami
kenaikan 2 kali lipat sedangkan input mengalami penurunan.
- Output
mengalami
penurunan sedangkan input mengalami penurunan 2 kali lipat.
- Output
mengalami
kenaikan 2 kali lipat sedangkan input mengalami kenaikan 1 kali lipat.
Perubahan tata letak mesin–mesin produksi merupakan
salah satu contoh strategi meningkatkan produktivitas pabrik dengan model pada point
6 yaitu meningkatkan input yang tentunya akan menjadi layak jika
kenaikan output yang diperoleh lebih besar dari kenaikan input tersebut
sesuai dengan formulasi produktivitas sebagai rasio output terhadapat input.
Menurut Kussriyanto dalam Nasution (2005),
”Peningkatan produktivitas pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam empat bentuk
atau cara, yaitu sebagai berikut :
- Pengurangan
sedikit sumber daya untuk memperoleh jumlah produksi yang sama.
- Pengurangan
sumber daya sekedarnya untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar.
- Penggunaan
jumlah sumber daya yang sama untuk memperoleh jumlah produksi yang lebih besar.
- Penggunaan
jumlah sumber daya yang lebih besar untuk memperoleh jumlah produksi yang jauh
lebih besar lagi.
Menurut Ross dalam Nasution (2005), “Paling sedikit
terdapat lima cara untuk meningkatkan produktivitas perusahaan, yaitu sebagai
berikut :
- Mengelola
pertumbuhan. Meningkatkan output dalam kualitas yang lebih besar melalui
peningkatan penggunaan input dalam kuantitas yang lebih kecil.
- Mengurangi
aktivitas. Mengurangi aktivitas produksi serta menghilangkan atau membuang aset
yang tidak produktif.
- Menurut Griffin (2002) bahwa, ”Sebuah perusahaan
atau industri meningkatkan produktivitasnya secara umum dapat dibagi kedalam
dua katagori luas yaitu memperbaiki operasi dan meningkatkan keterlibatan
karyawan”.
Teori Tentang Tata Letak Pabrik
Pengertian Tata Letak Pabrik
Menurut Elwood S. Buffa, “Plant lay out is the integrating phase of the design of production
system. The basic objective of lay out is to develop a product system that meet
requirement of capacity and quality in the most economic way”. Dalam bahasa
Indonesia, “Plant Layout adalah suatu fase yang menyeluruh daripada desain
system produksi. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan system produksi
yang diperlukan baik dalam kapasitas maupun kualitas dengan cara yang
menguntungkan”
Menurut Harold T. Amrine, “The lay out of plant is visual presentation of arrangement of the
physical facilities the manufacture of the product”. Dalam bahasa
Indonesia, “Lay out dari pabrik adalah suatu gambaran visual (nyata) mengenai
susunan fasilitas fisik untuk membuat produk”.
Menurut Ir. Thung Djie Lee, “Tata ruang adalah
segala usaha yang menyangkut penyusunan-penyusunan yang bersifat fisik mengenai
perlengkapan dan peralatan industry, missal: bahan baku dan mesin”.
Menurut Ir. Rusli Syarif, cs, “Plant lay out adalah
suatu perencanaan lantai untuk menentukan dan menyusun fasilitas-fasilitas
fisik untuk membuat produk atau, Plant lay out adalah gambaran visual mengenai
susunan fasilitas-fasilitas fisik untuk membuat produk”.
Menurut Wignjosoebroto, “Tata letak pabrik dapat
didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas–fasilitas pabrik guna
menunjang kelancaran proses produksi. Pengaturan tersebut akan memanfaatkan
luas area (space) untuk penempatan mesin atau fasilitas penunjang
produksi lainnya, kelancaran gerakan–gerakan material, penyimpanan material
(storage) baik yang bersifat temporer maupun permanen, personil
pekerja dan sebagainya”.
Secara sempit, Plant Layout diartikan sebagai
pengaturan tata letak/penyusunan fasilitas fisik dari pabrik tersebut.
Dalam tata letak pabrik ada 2 (dua) hal yang diatur
letaknya yaitu pengaturan mesin (machine layout) dan pengaturan
departemen yang ada dari pabrik (department layout). Bilamana kita
menggunakan istilah tata letak pabrik, seringkali hal ini kita artikan sebagai
pengaturan peralatan/fasilitas produksi yang sudah ada (the existing arrangement)
ataupun bisa juga diartikan sebagai perencanaan tata letak pabrik yang baru
sama sekali (the new layout plan).
Tata letak merupakan satu keputusan penting yang
menentukan efisiensi sebuah operasi dalam jangka panjang. Tata letak memiliki
banyak dampak strategis karena tata letak menentukan daya saing perusahaan
dalam hal kapasitas, proses fleksibilitas, dan biaya, serta kualitas lingkungan
kerja, kontak pelanggan, dan citra perusahaan. Tata letak yang efektif dapat
membantu organisasi mencapai sebuah strategi yang menunjang diferensiasi, biaya
rendah, atau respon cepat.
Semua kasus desain tata letak harus mempertimbangkan
bagaimana untuk
dapat
mencapai :
- Utilisasi
ruang, peralatan, dan orang yang lebih tinggi.
- Aliran
informasi, barang, atau orang yang lebih baik.
- Moral
karyawan yang lebih baik, juga kondisi lingkungan kerja yang lebih aman.
- Interaksi
dengan pelanggan yang lebih baik.
- Fleksibilitas
(bagaimanapun kondisi tata letak yang ada sekarang, tata letak tersebut akan
perlu diubah).
Elemen akhir dalam strategi fasilitas
mempertimbangkan berbagai fasilitas. Terdapat empat jenis perbedaan dari aneka
pilihan fasilitas yaitu :
- Fokus
Produk (55 persen).
- Fokus
Pasar (30 persen).
- Fokus
Proses (10 persen).
- Serba guna (5 persen).
Tujuan Perencanaan dan Pengaturan Tata Letak Pabrik
Secara garis besar tujuan utama dari tata letak
pabrik ialah mengatur area kerja dan segala fasilitas produksi yang paling
ekonomis untuk beroperasi produksi aman, dan nyaman sehingga akan dapat
menaikkan moral kerja dan performance dari operator. Lebih spesifik lagi
tata letak yang baik akan dapat memberikan keuntungan–keuntungan dalam sistem
produksi, yaitu antara lain sebagai berikut :
1. Menaikkan
output produksi.
Suatu tata letak yang baik akan memberikan keluaran
(output) yang lebih besar atau lebih sedikit, man hours yang
lebih kecil, dan/atau mengurangi jam kerja mesin (machine hours).
2. Mengurangi
waktu tunggu (delay).
Mengatur keseimbangan antara waktu operasi produksi
dan beban dari masing–masing departemen atau mesin adalah bagian kerja dari
mereka yang bertanggung jawab terhadap desain tata letak pabrik. Pengaturan
tata letak yang terkoordinir dan terencana baik akan dapat mengurangi waktu tunggu
(delay) yang berlebihan.
3. Mengurangi
proses pemindahan bahan (material handling).
Proses perencanaan dan perancangan tata letak pabrik
akan lebih menekankan desainnya pada usaha–usaha memindahkan
aktivitas–aktivitas pemindahan bahan pada saat proses produksi berlangsung.
4. Penghematan
penggunaan areal untuk produksi, gudang dan service.
Jalan lintas, material yang menumpuk, jarak antara
mesin–mesin yang berlebihan, dan lain–lain semuanya akan menambah area yang
dibutuhkan untuk pabrik. Suatu perencanaan tata letak yang optimal akan mencoba
mengatasi segala masalah pemborosan pemakaian ruangan ini dan berusaha untuk
mengkoreksinya.
5. Pendaya
guna yang lebih besar dari pemakaian mesin, tenaga kerja, dan/atau fasilitas
produksi lainnya.
Faktor–faktor pemanfaatan mesin, tenaga kerja, dan
lain–lain adalah erat kaitannya dengan biaya produksi. Suatu tata letak yang
terencana baik akan banyak membantu pendayagunaan elemen–elemen produksi secara
lebih efektif dan lebih efisien.
- Mengurangi
inventory in process.
Sistem produksi pada dasarnya menghendaki sedapat
mungkin bahan baku untuk berpindah dari suatu operasi langsung ke operasi
berikutnya secepat–cepatnya dan berusaha mengurangi bertumpuknya bahan setengah
jadi (material in process). Problem ini terutama bisa
dilaksanakan dengan mengurangi waktu tunggu (delay) dan bahan yang
menunggu untuk segera
diproses.
- Proses
manufacturing yang lebih singkat.
Dengan memperpendek jarak antara operasi satu dengan
operasi berikutnya dan mengurangi bahan yang menunggu serta storage yang
tidak diperlukan maka waktu yang diperlukan dari bahan baku untuk berpindah
dari satu tempat ke tempat yang lain dalam pabrik dapat diperpendek sehingga
secara total waktu produksi akan dapat pula diperpendek.
- . Mengurangi
resiko bagi kesehatan dan keselamatan kerja dari operator.
Perencanaan tata letak pabrik adalah juga ditujukan
untuk membuat suasana kerja yang nyaman dan aman bagi mereka yang bekerja
didalamnya. Hal–hal yang bisa dianggap membahayakan bagi kesehatan dan
keselamatan kerja dari operator haruslah dihindari.
- . Memperbaiki
moral dan kepuasan kerja.
Pada dasarnya orang menginginkan untuk bekerja dalam
suatu pabrik yang segala sesuatunya diatur secara tertib, rapi dan baik.
Penerangan yang cukup, sirkulasi yang enak, dan lain–lain akan menciptakan
suasana lingkungan kerja yang menyenangkan sehingga moral dan kepuasan kerja
akan dapat lebih ditingkatkan. Hasil positif dari kondisi ini tentu saja berupa
performance kerja yang lebih baik dan menjurus kearah peningkatan
produktivitas kerja.
- Mempermudah
aktivitas supervise.
Tata letak pabrik yang terencana baik akan dapat
mempermudah aktivitas supervise. Dengan meletakkan kantor/ruangan
diatas, maka seorang supervisor akan dapat dengan mudah mengamati segala
aktivitas yang sedang berlangsung diarea kerja yang berada dibawah pengawasan
dan tanggung jawabnya.
- Mengurangi
kemacetan dan kesimpangsiuran
Material yang
menunggu, gerakan pemindahan yang tidak perlu, serta banyaknya perpotongan (intersection)
dari lintas yang ada akan menyebabkan kesimpangsiuran yang akhirnya akan
membawa kearah kemacetan. Dengan memakai material secara langsung dan
secepatnya, serta menjaganya untuk selalu bergerak, maka labor cost akan
dapat dikurangi sekitar 40% dan yang lebih penting hal ini akan mengurangi
problema kesimpangsiuran dan kemacetan didalam aktivitas pemindahan bahan. Layout
yang baik akan memberikan luasan yang cukup untuk seluruh operasi yang
diperlukan dan proses bisa berlangsung mudah dan sederhana.
- Mengurangi
faktor yang bisa merugikan dan mempengaruhi kualitas dari bahan baku atau pun
produk jadi.
Tata letak yang direncanakan secara baik akan dapat
mengurangi kerusakan–kerusakan yang bisa terjadi pada bahan baku ataupun produk
jadi. Getaran–getaran, debu, panas, dan lain–lain dapat secara mudah merusak
kualitas material ataupun produk yang dihasilkan.
Prinsip Dasar Dalam Perencanaan
Tata Letak Pabrik
Berdasarkan tujuan, keuntungan dan
aspek dasar dalam tata letak pabrik yang terencana dengan baik, dapat
disimpulkan 6 prinsip dasar sebagai berikut:
- Prinsip
Integrasi Secara Total
Tata letak pabrik merupakan integrasi
secara total dari seluruh elemen produksi yang menjadi satu unit operasi yang
lebih besar.
- Prinsip
Perpindahan jarak Yang Minimal
Dalam proses pemindahan bahan dari satu operasi
ke operasi berikutnya, waktu dapat dihemat dengan mengurangi jarak perpindahan
tersebut.
- Prinsip
Aliran Dari Suatu Proses Kerja
Aliran kerja yang baik adalah aliran
konstan dengan minimum interupsi, kesimpangsiuran, dan kemacetan dalam proses
produksi.
- Prinsip
Pemanfaatan Ruangan
Pengaturan ruangan yang akan dipakai
ssecara optimum dengan memanfaatkan tiga dimensi ruang (cubic space).
- Prinsip
Kepuasan dan Keselamatan Kerja
Tata letak yang baik akan dapat membuat
suasana kerja menjadi menyenangkan dan memuaskan sehingga dapat meningkatkan
moral karyawan.
Dengan kemajuan IPTEK mengakibatkan
dunia industry berpacu untuk mengimbanginya. Perubahan yang mungkin terjadi
pada desain produk, peralatan produksi, delivery, dan sebagainya akan dapat
berakibat pengaturan kembali (re-layout)
tata letak pabrik yang sudah ada. Untuk hal ini bila tata letak direncanakan
cukup fleksibel maka penyesuaian kembali dapat dilakukan dengan lebih cepat dan
murah.
Langkah-Langkah Perencanaan Tata
Letak Pabrik.
Tata letak pabrik berhubungan erat
dengan segala proses perencanaan dan pengaturan letak dari pada mesin-mesin,
peralatan, aliran bahan, dan orang-orangyang bekerja di tiap-tiap stasiun kerja
yang ada.
Secara umum, pengaturan daripada semua
fasilitas produksi direncakan sehingga diperolah:
- -
Transportasi yang minimum dari proses
pemindahan bahan
- -
Meminimumkan gerakan balik yang tidak
perlu
- -
Pemakaian area yang minimum
- -
Pola aliran produksi yang terbaik
- -
Keseimbangan penggunaan luas area yang dimiliki
- -
Keseimbangan dalam lintasan area
perakitan
- -
Kemungkinan dan fleksibilitas untuk
menghadapi ekspansi di masa mendatang.
Proses pengaturan segala fasilitas produksi
dibedakan atas:
- 1.
Pengaturan
Tata Letak Mesin dan Fasilitas, adalah pengaturan semua mesin dan fasilitas
yang diperlukan untuk proses produksi di dalam tiap departemen dari pabrik yang
ada.
- 2.
Pengaturan
Tata Letak Departemen, adalah pengaturan bagian atau departemen serta
hubungannya antara satu dengan yang lainnya di dalam pabrik.
Langkah-langkah dalam
perencanaan tata letak pabrik:
- -
Analisa
Produk. Menganalisa macam dan jumlah produk yang harus dibuat menggunakan
pertimbangan kelayakan teknis dan ekonomis.
- -
Analisa
Proses. Menganalisa macam dan urutan proses pengerjaan produksi yang telah
ditetapkan untuk dibuat.
- -
Sigi dan
Analisa Pasar. Mengidentifikasi macam dan jumlah produk yang dibutuhkan oleh
konsumen. Informasi ini digunakan untuk menentukan kapasitas produksi yang
berikutnya dapat member keputusan tentang banyaknya mesin dan fasilitas produksi
yang diberikan.
- -
Analisa Macam
dan Jumlah Mesin/Equipment dan Luas Area yang Dibutuhkan. Dengan memperhatikan
volume produk yang akan dibuat, waktu standard, jam kerja dan efisiensi mesin
maka jumlah mesin dan fasilitas yang diperlukan (juga operator) dapat dihitung.
Untuk selanjutnya luas area, stasiun kerja, kebutuhan area, jalan lintasan
dapat di tentukan agar proses berlangsung dengan lancer.
- -
Pengembangan
Alterantif Tata Letak. Sebelum menentukan tata letak terbaik yang harus
dipilih, terlebih dahulu dilakukan pengembangan alternative dengan
mempertimbangkan:
a.
Analisa
ekonomi didasarkan macam tipe layout
yang dipilih
b.
Perancanaan
pola aliran material yang harus dipindah dari satu proses ke proses berikutnya
c.
Pertimbangan
yang terakait dengan luas area, kolom bangunan, struktur organisasi, dan
lain-lain.
d.
Analisi aliran
material dengan memperhatikan volume, frekwensi dan jarak perpindahan material
sehingga diperoleh total biaya yang paling minimum.
- -
Perancangan
Tata Letak Mesin dan Departemen Dalam Pabrik. Hasil analisa terhadap layout dipakai dasar pengaturan
fasilitas fisik dan pabrik dan pengaturan departemen penunjang.